Diskusi Publik PEWARNA: “Ingin Mati Bukan Tanda Kurang Iman, Melainkan Butuh Pertolongan”

JAKARTA]]TribunX.id 21 Oktober 2024 – Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) menggelar diskusi publik yang mengangkat tema sensitif dan penting, “Ingin Mati Bukan Tanda Kurang Iman, Melainkan Butuh Pertolongan”. Acara ini diselenggarakan di Media Center PGI, Salemba, Jakarta, pada pukul 14.00 WIB, dan dihadiri oleh para pakar, anggota legislatif, serta masyarakat umum.

Diskusi ini menghadirkan beberapa narasumber yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan mental, sosial, dan teologi. Narasumber utama, dr. Theresia Citraningtyas, MWH, PhD, Sp.KJ, yang juga merupakan Wakil Rektor III Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), memaparkan pentingnya pemahaman yang benar tentang keinginan untuk mengakhiri hidup. Menurutnya, fenomena ini sering kali disalahartikan sebagai tanda kurangnya iman. “Kita harus memahami bahwa keinginan untuk mati bisa menjadi sinyal dari rasa sakit yang mendalam dan kebutuhan akan dukungan, bukan hanya sekadar masalah spiritual,” ujarnya.

Perspektif Hukum dan Kebijakan

August Hamonangan, S.H, M.H, anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta, menambahkan perspektif hukum dan kebijakan. Ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. “Kami perlu merancang kebijakan yang lebih responsif terhadap masalah kesehatan mental, serta menyediakan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai,” jelasnya. Dia juga menyerukan perlunya kolaborasi antara lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat dalam menangani isu ini.

Tanggapan Teologis

Dr. Ashiong Munthe, S.Th., M.Pd., yang merupakan pengurus pusat PEWARNA Indonesia, membahas aspek teologis dari tema diskusi. Ia mengajak peserta untuk melihat keinginan untuk mati dari sudut pandang iman. “Iman bukanlah penghalang untuk merasakan kesedihan atau keputusasaan. Dalam tradisi kita, mengakui rasa sakit adalah langkah pertama untuk menemukan harapan dan penyembuhan,” katanya. Dia menekankan pentingnya dukungan komunitas dalam proses penyembuhan individu yang mengalami krisis mental.

Peran Media dan Moderasi

Nick Irwan, sebagai moderator acara, memfasilitasi diskusi dengan baik, mengajak peserta untuk aktif berpartisipasi dalam tanya jawab. Ia menekankan pentingnya peran media dalam mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan mental dan stigma yang melekat pada mereka yang mengalami keinginan untuk mengakhiri hidup. “Media memiliki tanggung jawab untuk menyajikan informasi yang akurat dan sensitif, sehingga masyarakat dapat lebih memahami isu ini tanpa stigma,” ungkapnya.

Kesimpulan dan Harapan

Diskusi ini ditutup oleh Elly Wati Simatupang, koordinator acara, yang mengajak semua peserta untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental orang-orang di sekitar mereka. “Kita semua memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana setiap orang merasa aman untuk berbagi beban mereka,” tuturnya.

Acara ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat mengenai isu kesehatan mental dan mendorong langkah-langkah nyata untuk memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan. Diskusi ini menjadi momentum penting dalam upaya mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan umat Kristen.

Lipsus: Jalal

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *